Diberdayakan oleh Blogger.

Racing

OSIS

Prestasi Siswa

Cerpen Siswa

LABEL

Artikel

» » Kembali Ke Asrama

By Muhammad Hasnan Abdullah            Langit-langit menghitam, mendung berduyun-duyun datang secara bergerombol menghiasi atap rumahku. Aku hanya bisa memandang itu dengan penuh kesedihan.
    Barang- barangku semuanya sudah siap berangkat. Aku mulai berpamitan kepada seluruh keluargaku, rasanya berat hari ini. Seluruh desa terlihat sangat gelap. Awan-awan hitam menutupi cahaya matahari yang menerangi semua makhluk yang ada di bumi ini. Cuaca hari  ini sama dengan apa yang aku rasakan saat ini, sedih, tak bersemangat dan ketakutan.
    Ini baru pukul 06.30. namun seluruh kota terlihat sangat gelap. Ayahku sudah mengklakson mobil, kini aku tinggal berangkat. Masa-masa yang telah menyenangkan telah terlewati. Aku sudah memasuki mobil abu-abu yang sudah siap mengantarku menuju gudang ilmu. SMPIT Abu Bakar.
    Saat diperjalanan hujan mulai turun. Sedikit demi sedikit hujan pun mulai membasahi kaca depan mobilku. Semakin lama air turun begitu cepat. Yang tadinya hanya gerimis berubah menjadi deras. Kaca mobilku mulai mengembun. Perasaanku saat ini kacau. Pecah bagai gelas yang dibanting dengan kuat. Berserakan kemana- mana. Mobilku melaju sangat kencang hingga air yang menggenang di pinggir mobilku terciprat kemana-mana.
    Tak lama kemudian aku melihat gapura kecil yang berada di antara rumah-rumah kecil. Terpampang tulisan besar di atas gapura’SMPIT ABU BAKAR’. Inilah sekolahku tempat dimana aku selalu ditempa sepanjang hari, tempat dimana aku bermimpi meraih prestasi, tempatku dapati teman-teman yang banyak untuku. 10 meter dari gapura terlihat gedung- gedung menjulang tinggi. Bangunan gedung olahraga yang berdiri kokoh menghiasi wilayah sekitar SMPIT.
    Bangunan masjid yang mungil terletak diantara kantor guru,GOR, dan makam. Mobilku masih melaju pelan sampai di asramaku. Sebuah bangunan yang panjang menjorok ke belakang dan menyamping ke arah kanan dan kiri. Mobilku berhenti tepat didepan asramaku. Langit sudah mulai cerah tetapi hatiku semakin petang dan petang.
    Koperku sudah diturunkan dari mobil. Aku mencium tangan ayah dan ibuku. Tak lupa aku juga berpamitan pada adikku. Semua sudah berakhir. Semuanya sudah usai, semuanya sudah terbawa oleh masa yang akan membuatku lagi. Mungkin setengah tahun lagi setelah aku naik ke kelas 2. Aku membawa koperku yang berisi pakaianku dan barang-barang lain. Ibuku tidak mengantarku sampai ke dalam asrama. Saat orang tuaku akan pergi mereka berpesan.
    “Nak.. kini perjalanan belum akan dimulai, kau harus tetap teguh disini dalam menghadapi berbagai cobaan. Disini kau akan ditempa, ini adalah kuncimu menuju sukses, teruslah berjuang, jangan pernah putus asa. Ini semua demi suksesnya hidupmu di masa depan”.
    Setelah menyampaikan pesan kepadaku, ayah, ibu dan adikku pun berpamitan untuk pulang. “Assalamualaikum.” Ucap ayah seraya masuk  kedalam mobil.
    Kaca mobil mulai ditutup, mesin mobil pun mulai berderu, mobil ayah pun berlalu meninggalkan halaman asrama. Asap-asap solar keluar dari knalpot dan menutupi mobil yang sudah pergi. Setelah mereka pergi aku pun masuk ke dalam asramaku. Beda tak seperti dulu, kini kamar Mekah terlihat sempi. Aku mulai memasuki kamarku, semuanya telah berubah. Kasurku kini berada di Madinah room. Dan lemariku berada di Makkah room. Aku membuka lemariku, baju-bajuku yang tidak aku bawa ketika liburan kini masih tertata rapi seperti sebelumnya. Aku menata baju- baju seragam yang sudah 2 pekan tidak aku pakai kini akan melekat kembali ditubuhku. Buku-buku pelajaran yang juga 2 pekan tidak kubuka kini kembali menyatu dalam pikiranku.
    Iseng saja, aku menempelkan jari telunjukku ke kaca yang penuh debu. Kugariskan jari telunjukku, tanpa sadar aku teringat akan masa-masa indah saat liburan. Kenangan yang berharga itu tiba-tiba mengendalikan pikiranku. Tubuhku kaku. Aku terdiam. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi saat ini. Rasanya sangat berat sekali aku berpisah dengan semua orang yang aku sayangi.
    Tak terasa mataku mulai berkaca-kaca. Seluruh tubuhku gemetaran, tak kuat menahan kenyataan ini. Bajuku belum juga kutata sepenuhnya. 5 menit aku dalam kondisi seperti itu. Lalu Fajar yang baru saja datang menepuk pundakku dari belakang, aku terkaget lalu ia menyuruhku menata kembali bajuku. Aku baru ingat kalau bajuku masih tergeletak didepan lemari kayu yang sudah agak rapuh. Lalu aku segera bergegas menata baju dan barang –barangku kembali.
    Kini aku mulai lagi dari awal. Semester 2 ini akan menjadi awal perjalanan baru bagiku. Aku akan terus mengupgrade diriku untuk jadi yang terbaik. Aku akan manghargai setiap waktu di semster ini.
  Kegiatan di semester genap ini semakin lama semakin padat. Libur-libur mingguan dan hari-hari besar mulai terpotong karena banyak kegiatan out door.
    Semakin lama buku harianku semakin tebal. Terisi oleh peristiwa-peristiwa dalam kehidupanku. Sebuah lembaran kertas yang bertuliskan’Kegiatan-kegiatanku’ disini. Pukul 4 pagi kami harus bangun pagi-pagi buta, lalu kami harus segera ke masjid mungil yang berada di tengah-tengah kompleks SMPIT. Peci, sarung,dan baju koko serta peralatan tulis di siapkan bersama.
    Bell asrama berbunyi menyelam memasuki telinga kami semua. Sebagian temanku terbujuk bangun ada juga yang masih terjaga dalam tidurnya. Semua tidak boleh terlambat ke masjid, jika terlambat akan dihukum. Hukumannya cukup ringan yaitu menulis al-qur’an 2 lembar. Pertama kali masuk kesini kami semua dibagikan buku panduan. Kubaca kata demi kata. Peraturan- peraturan disini begitu ketat jantungku berdetak kencang , darahku mengalir deras, begitu juga dengan teman-teman baruku saat itu. Saat membaca buku panduan terlihat melas, keringat-keringat mereka berkucuran begitu deras.
    Tetapi sampai saat ini aku belum pernah mendapat satu hukuman pun. Padahal jika dihitung-hitung poin hukumanku jika dicatat oleh ustadz bisa mencapai 70 lebih. Disini tidak terlalu ketat hanya mengancam saja dengan tulisan. Awalnya kami sangat takut tetapi tidak saat ini. Bahkan banyak yang menentang akan peraturan-peraturan itu.
    Lagi-lagi aku teringat akan beberapa tahun lalu ketika aku ingin masuk ke SMPIT Abu Bakar awalnya begini:
    Matahari bersinar cerah, langit seakan kosong seperti lautan biru yang membentang luas dijagat raya tanpa kehadiran awan sedikitpun.
    Aku sudah menyelesaikan ujian SD dengan nilai tak begitu buruk. Kini saatnya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi, SMP. Setelah selesai mengambil raport aku dan ibuku segera meninggalkan gedung yang tinggi itu. Aku akan berpisah dengan guru-guru SD-ku. Motorku sudah berjalan namun aku masih ingin tetap bersama seluruh pengalamanku selama 6 tahun lalu.
    Motorku melesat jauh meninggalkan sekolah yang sekarang hanya menjadi kenanganku. Sesampainya dirumah aku harus segera mencari sekolahku selanjutnya.
    Selang beberapa hari kemudian temanku waktu SD datang menemuiku.”Ayo besok kita bertemu lagi di SMP, jika kau juga mau ke SMPIT Abu Bakar”. Katanya
    Hatiku senang mendengar pemberitahuan ini. Ia adalah sahabatku. Akhirnya kami memutuskan untuk bertemu lagi di SMPIT Abu Bakar. Bayu, ia selalu menemaniku di setiap langkahku. Ia selalu bisa membuatku bahagia.
    Begitu mendengar itu aku langsung menemui teman yang juga sekaligus tetanggaku. Fajar. Ia adalah anak yang memiliki mimpi yang tinggi sepertiku. Selain itu ia juga pandai bermain catur. Aku mengajaknya melanjutkan ke SMPIT Abu Bakar juga.
    Ia berkata”baiklah, aku akan membicarakannya bersama keluargaku dulu”. Wajahnya samar-samar sepertinya sangat setuju dengan tawaranku.
    SMPIT Abu Bakar jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku. Ayahku berkata padaku “ bagaimana kalau kamu masuk saja ke pesantren” spontan aku menolak.”Kepribadianku belum bisa mandiri dan aku pati selalu merindukan rumah”. Jawabku perlahan.ia datang mendekatiku sambil mengelus kepalaku” Agar kamu bisa mandiri dan masa depanmu lebih cerah”. Jawabnya dengan tulus. “Bagaimana jika aku sekolah saja di SMPIT Abu Bakar, disitu juga ada system asrama yang hampir mirip dengan pondok pesantren, selain itu teman-temanku yang SD juga banyak yang akan melanjutkan disana, shingga aku akan lebih kerasan lagi disana”. Jawabku menjelaskan.
    “Baiklah kalau itu maumu Ayah akan memasukkanmu ke SMPIT Abu Bakar”. Aku terlonjak kegirangan. Aku tersenyum.
    Baju-baju, tas koper dan semuanya sudah aku siapkan. Kini tinggal menunggu di antarkan saja. Hari ini aku sangat bahagia masuk ke SMPIT Abu Bakar, walaupu sebelumnya aku menolak. Tapi akhirnya aku putuskan untuk masuk asrama.
    Semua perlengkapan sudah dimasukkan ke dalam mobil, kemarin aku juga sudah di daftarkan menjadi murid SMPIT ABY.
    Mesin mobil mulai berderu suaranya pun terdengar sangat bising menyelami telingaku. Asap-asap solar mulai berterbangan, bagai kabut hitam beraroma pengap. Aku tergopoh-gopoh menuju mobilku sambil membawa tas rangselku yang hampir saja ketinggalan. Braak...!!! pintu ditutup dengan keras, dan mobil mulai berjalan dengan pelan menuju SMPIT ABY.
    Seluruh keluargaku tanpa terkecuali telah mengantarku ke gudang ilmu. Tengah perjalanan aku melihat banyak orang berlalu-lalang kesana-kesini dan meminta-minta. Dalam hatiku mulai bicara, “aku tidak akan jadi orang sperti itu,aku akan memimpin dunia setelah lulus kuliah, aku akan keluar negeri untuk menggapai seluruh yang menjadi mimpi-mimpiku.
    Tak terasa kami sekeluarga telah sampai di SMPIT ABY. Sesampainya disana keadaan masih sangat sepi, dan hanya ada beberapa orang saja isanan. Tak lama kemudian satu demi satu orang mulai datang, mobil-mobil mulai ame, yang dipakai untuk mengantarkan anaknya untuk menuntut ilmu. Kemudian aku teringat tentang keluargaku, bahwasanya ayah dan ibuku juga alumni pondok pesantren yang aku datangi saat ini, dan beliau berdua tentunya sudah mempunyai banyak pengalaman di pesantren tersebut.
    Selang beberapa waktu, bunyi speaker besar pun terdengar yang berada disetiap pojok-pojok komplek SMPIT yang menyampaikan suatu informasi “Untuk siswa-siswi baru harap menuju GOR(gedung olahraga) untuk pengarahan. Terima kasih”. Secara spontan para siswa-siswi baru berlarian menuju dan masuk kedalam GOR itu, saat itu bangunan GOR SMPIT belum selesai dibangun lantainya belum dikramik dan indingnya pun belum di cat.
    Di dalam GOR, para santri baru berjumlah kurang lenh 200 orang, semuanya berkumpul dibangunan yang belum sempurna itu dan aku pun juga berkumpul bersama mereka, disinilah aku memulai berpisah dengan keluargaku. Namun waktu itu perasaanku tenang-tenang saja meski berpisah dengan kedua orang tuaku, karena aku memang sudah terbiasa berpisah dengan mereka berdua, di mall aku juga sering terpisah dengan orang tuaku.
    Sebelum dalam hitungan jam, aku mulai gelisah karena tidak ada yang mendampingiku, dimana kursi-kursi sudah mulai tertata rap menghadap kesebuah panggung teater yang begitu besar dan luas. Di lantai GOR itu masih menggunakan semen dan pasir. Bangunan GOR kami menyatu dengan ruangan lain diantaranya: UKS,perpustakaan, Aula, dua kelas akhwat dan tempat pembayaran snack. Semua ruangan itu terletak dilantai satu, sedangkan dilantai dua adalah tempat bermain futsal.
    Aku dan teman-teman sudah berkumpul dilantai dua, suasananya seperti pasar induk,ramai dan sangat ribut. Wajah-wajah siswa baru terhambar dalam sebuah senyuman. Aku duduk disebelah temanku masa silam, yaitu Reza yang sampai saat ini masih setia padaku dan menampingiku disetiap hembusan nafas. Tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Nanti kawan akan tahu mengapa sekarang aku sudah jarang bersamanya, bahkan terkadang aku bosan melihatnya. Ia itu orang yang baik dan bermental kuat dan pandai berteman, tapi ada satu kejadian dalam sejarah hidupku yang membuatku seperti ini.
    Ari kejauhan, terlihat sebuah Mobil Mazda berwarna silver, yang beranggotakan sebuah keluarga inti, lalu mobil itu diparkir disebelah susunan horizontal pohon bambu kecil yang bernuansa Jawa, orangnya mulai keluar dari pintu mobil itu. Mataku terbelalak, aku terlonjak riang. “Fajar” kataku pelan dalam hati sambil senyum-senyum menatap seorang yang keluar dari mobil itu, ternyata benar itu memang Fajar, dia  tetanggaku yang paling akrab denganku.
    Ia pasti sudah merembukannya dengan matang-matang bersama keluarganya. Ia pun mulai berjalan bersama ayahnya, ibu dan adiknya zaki. Suasana ini mulai menutupi kegelisahanku akan perpisahanku dengan orang tua. Fajar mulai mendekat. Ia uduk isebelah Reza, wajahnya terlihat memelas, tapi setengah tersenyum.
    Kami semua seluruh siswa siswi baru dan orang tua siswa duduk rapi diatas kursi lipat yang suah agak berkarat. Ketika itu pembawa acara naik keatas panggung, ia berdiri tegak disana sambil membaca secarik kertas. Begitu beliau membacakan salam, semua orang orang membisu. Namun waktu itu aku belum tahu siapa pembawa acara itu, namu sekarang aku mengetahuinya beliau adalah wali kelasku. Beliau membacakan susunan acaranya. Mata beliau tersudut ke arah secarik kertas itu. Ia mulai membacakannya.
    “ Acara yang pertama pembukaan, sambutan – sambutan . Acara yang kedua adalah pembacaan doa dan ke   tiga beatbox dari kakak kelas dan grub band juga dari kakak kelas. Acara yang ke empat pengumuman pengarahan dan tata cara di sekolah. Acara yang terakhir adalah penutupan.”
      Semua orang hanya bisa mendengarkan kata-kata beliau,aku pun juga begitu. Duduk tegak tangan diatas lutut, sambil memperhatikan ke depan panggung.
      Acara pertama sambutan- sambutan. Kepada kepala sekolah maju kedepan sambil membacakan dan memberi pengarahan pada kami semua, karena terlalu bosan aku mendengarnya lama – kelamaan aku mengantuk dan tertidur.. kepalaku tertunduk kebawah . ya beginilah aku sama seperti dulu, jika mendengar pidato panjang lebar tak tahan menahan rasa ngantuk.
      Saat terbangun tiba-tiba suara ramai orang-orang berhamburan kesana kemari beresak – desak keluar dari ruangan megah ini. Aku hanya bisa mengikuti mereka semua, kakiku ter kantuk – kantuk kerikil – kerikil kecil. Fajar berdiri tegap didepanku bersama satu koper besar dan kedua orang tuanya.
      “ Acara ini apa selanjutnya?” kataku kebingungan.
      “Setelah ini akan diadakan MOS atau masa orientasi siswa selama tiga hari ke depan , karena MOS akan diadakan beso hari senin, setelah ini semuanya beradaptasi dengan lingkungn asrama dan fullday school di perbolehkan pulang”. Jawab Fajar.
       Huh senang rasanya jika mengingat kejadian – kejadian itu, peristiwa- peristiwa itu takkan pernah ku lupakan.
       Mulai semester ini hari ini dan jam saat ini aku akan mencoba lebih baik dari yang sudah berlalu.Insya Allah.
  
   

blogsmpitabubakar

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

1 komentar for Kembali Ke Asrama

  1. perjuangan tuk mencari ilmu harus penuh semangat, semoga selalu sukses dalam belajar dan berkarya

    BalasHapus

Select Menu