Diberdayakan oleh Blogger.

Racing

OSIS

Prestasi Siswa

Cerpen Siswa

LABEL

Artikel

» » Baru Inget Kalau Aku Ada Saat Yogyakarta Gempa

Siang ini aku ketemu sama temenku yang cantik yang bernama Diah. Sebenarnya sih siang ini ada kuliah Modifikasi Perilaku. Cuma Pak Dosen tak kunjung datang. Karena itu tidak dapat dielakkan lagi aku terlibat cerita seru dengan Diah.

Awalnya kita mbicarain kampung halamannya Diah di Blitar. Sebuah kota kecil di Jawa Timur yang jaraknya 4,5 jam perjalanan dari Malang ke sana kalau naik kereta. Hari senin kemarin Diah sempet bolos dari semua mata kuliah yang ada, gara-gara pas balik ke Malang, dia kesasar sampai terminal Gadang dan bingung cari kendaraan sampai ke Brawijaya. Yah, akhirnya dia telat dan tidak hadir di 2 mata kuliah Senin itu.

Ternyata bapaknya Diah itu penjual lombok, makanya Nia dan Tini menjulukinya bakul lombok. Biasanya bapaknya Diah itu kulakan lombok dari para petani trus dijual. Wah nggak nyangka, orang yang selama ini kukira kaya ternyata pekerjaannya sederhana. Eits, tapi jangan tertipu dulu ding! Siapa tahu jualan lombok itu lebih menghasilkan uang banyak daripada pekerjaan Abiku sebagai akuntan pemerintah di BPKP.

Karena Pak Dosen tak kunjung datang, tahu-tahu Diah nanya ke aku, "Nis, kamu pernah bolang nggak?". Aku jawabnya sih enggak, soalnya kalau aku udah liburan pasti keluarga Surabaya menuntut dikujungi dan kami harus hadir di acara keluarga yang mereka adakan. Bahkan mereka marah kalau aku nggak tahu kabar terbaru yang mereka alami. Aku heran dengan keluarga-keluargaku di Surabaya. Ada yang guru, anggota DPR, dokter gigi, dokter umum dan dosen MIPA. Mereka mengemis perhatian dari orang lain tapi nggak pernah memperhatikan orang lain. Apa memang kodrat manusia kayak gitu? Suka diberi tapi tidak mau memberi. Hah....kembali ke masalah bolang.

Sebenarnya sih aku suka jalan-jalan. Terutama sama teman yang udah akrab. Tapi ya itu, belum pernah ada waktu dan uang. Ternyata Diah liburan kemarin baru aja bolang ke Yogya berdua doang sama temennya! Wow, keren, berani ya....

Trus dia cerita....
Diah sama temennya cewek itu bertolak dari Blitar ke Yogya naik kereta. Dengan bermodal nekad dan barang bawaan secukupnya, kedua musafir ini sampai ke terminal Yogya. Seingatku terminal itu bersih, gede dan bagus, kayak airport. Tapi nggak tahu juga keadaannya sekarang soalnya aku berkunjung ke terminal ini 5 tahun yang lalu, pas aku masih SMP.
Diah dan temannya (misalnya namanya Tara) sampai di terminal jam 12 malam. Mereka sebenarnya punya temen di Yogya. Maunya sih numpang nginep di situ. Tapi dihubungi berkali-kali gagal terus. Mereka sempat menyusuri Malioboro dan bingung karena jalan dipenuhi tukang becak sama calo penginapan. Mereka menunggu hingga fajar tiba di terminal sambil menahan agar diri tetap terjaga. Fajar tak kunjung datang, mereka ke warnet, istirahat. Tapi ternyata di warnet nggak enak buat istirahat. Tak aman pula. Mereka pun balik ke terminal lagi sampai mata merah, bukan karena iritasi ringan tapi karena pura-pura insomnia sekalian menjaga barang bawaan.
Beberapa saat kemudian Diah dan Tara nyari penginapan. Dari tadi kek! Dan ketemulah penginapan dengan harga terjangkau. Pasti Insya Allah mudah nemu penginapan di Yogya dengan harga murah, menurut pengalamanku gitu karena Yogya itu bener-bener kota pariwisata sejati! Di penginapan mereka istirahat. Sholat subuh sekalian di sana terus tidur lagi sampai agak siang.
Maka pagi menjelang siang pas mereka udah segar, mereka memutuskan untuk jalan-jalan!
Obyek pertama yang akan dikunjungi adalah mantan 7 keajaiban dunia, Candi Borobudur. Mereka menyewa motor seharga 70 ribu per-24 jam dan segera cabut ke Borobudur. Hanya dengan berbekalkan peta Yogya, perjalanan ini tidak terlalu mulus. Sempet nyasar-nyasar dan akhirnya 2 jam kemudian baru nyampe di Borobudur. Dari Borobudur ke Keraton. Hari ke-2 jalan-jalan di Malioboro dan Beringharjo sambil beli-beli oleh-oleh buat teman dan keluarga.
Wah, aku membayangkan saja sudah kepingin. Traveling pribadi kayak gitu justru lebih menyenangkan daripada darmawisata kelas atau organisasi yang selama ini kulakukan. Apalagi ke kota-kota asyik kayak Yogyakarta. Wah, pasti seru banget!!! Dari ceritanya Diah itu aku trinspirasi untuk keliling Indonesia, mengunjungi tempat-tempat wisata asyik yang ada di beberapa kota.

Setelah Diah cerita tentang bolang atau travelingnya ke Yogya, giliran aku yang cerita tentang pengalamanku di Yogya selama 3 tahun. Ya....., aku sering lupa kalau pernah kuliah di Yogya dan mengalami hal menakjubkan. Beberapa minggu lalu aku diwawancarai untuk open rekrutmen sebuah organisasi. Pewawancaranya nanya, hal menakjubkan apa yang pernah terjadi dalam hidupku. Nah, aku bingung, rasanya hidupku biasa aja. Tapi bodohnya aku lupa kalo pernah ngalami namanya gempa maut Yogya tahun 2006 silam. Kalau saja aku ingat, aku bisa membuat si pewawancara ini tercengang dengan ceritaku, hehehe....

Aku memang pernah bersekolah di Yogya selama 3 tahun pas aku SMP. Kenapa kok aku sekolah jauh-jauh. Alasan pertama karena orangtuaku nyari yang namanya sekolah yang belakangnya berlabel Islam Terpadu atau biasa disingkat IT. Di Sidoarjo belum ada dan di Surabaya harganya mahal. Setelah mencari ke sana-ke mari, orangtuaku akhirnya menemukan sekolah SMPIT, namanya SMPIT Abu Bakar dan letaknya di Yogyakarta. Abu Bakar itu tergolong sekolah yang murah untuk sebuah Boarding School. Sebulan orangtuaku hanya merogoh kocek 200 ribu, itu udah buat bayar SPP-ku, uang asrama dan makan gratis 3x sehari selama sebulan. Akhirnya aku sekolah di sana dan menikmati suka dan duka di masa abegeku yang labil.

Abu Bakar itu enaknya nggak seperti pondokan yang ketat sampai nggak boleh keluar. Di Abu Bakar kita bebas keluar asal bukan pas jam pelajarab dan nggak pas ada kegiatan asrama. Ada jam malam, yaitu jam 9 dan itupun nggak kerasa memberatkan. Karena itu kami sering mencuri waktu untuk pergi ke Malioboro, Pasar Beringharjo, Perpus Kota, Bazar Buku, Konser Nasyid atau ke festival seperti Sekaten yang diadakan setahun sekali.

Suatu hari waktu aku kelas 3 SMP dan tinggal menunggu pengumuman UNAS dari pemerintah, sehabis subuh aku tidur-tiduran di tempat tidurku yang bertingkat. Aku nggak sepenuhnya tidur, tapi sambil baca Da Vinci Code karangannya Dan Brown yang lagi booming. Sementara temenku yang masih mengenakan mukenah tidur di lantai beralaskan sajadah.

Tiba-tiba aku merasakan getaran. Aku pikir " Ah...,biasa, gempa....". Di Yogya memang sering gempa karena keberadaan gunung Merapi yang labil itu sering menimbulkan getaran. Tapi ternyata gempa yang ini lain. Guncangannya masih keras. Temenku yang tidur di lantai itu langsung bangun dan memandang aku. Kita pandang-pandangan di tengah guncangan tanpa bergerak sama sekali. Wajah kita sama-sama tegang dengan mata melotot ketakutan. Sementara itu dari atas lemari barang-barang berjatuhan semua mulai dari buku, kardus, piring, gelas, de el el. Kita begitu terpaku dengan keadaan sampai bingung mau ngapain. Sempat juga aku takut temenku yang di lantai itu ketiban lemari kayu yang tempat di sampingnya. Guncangan makin keras. Rasanya tempat tidur yang kutiduri berubah jadi ayunan. Gerakannya maju mundur seperti lagi diayun-ayun dengan keras, benar-benar mengerikan! Setelah beberapa detik akhirnya gempa berhenti. Aku dan temenku yang bengong akhirnya sadarkan diri. Alhamdulillah kami selamat dan temenku juga selamat tanpa ketimpa benda apapun.

Kami segera pakai jilbab dan ke teras. Temenku yang lain yang masih kebawa panik sampai lupa keluar nggak pakai jilbab. Rumah-rumah tetangga rusak berat, ada yang cuma retak, ada yang roboh. Alhamdulillah asrama kami cuma retak. Tapi berbagai macam barang bertebaran nggak karuan. Aku tercengang ketika melihat sekolahku dari kejauhan. Sekolahku yang memiliki 3 lantai. Memang sih nggak roboh, tapi gentengnya ilang! alias ambruk semua ke tanah!

Aku dan teman-temanku penasaran dengan gedung SMP tempat kami menimba ilmu itu. Ketika kami mendekat ternyata memang gentengnya jatuh semua. Dinding retak-retak. Kaca jendela pecah. Dan sedihnya komputer-komputer di lab rusak semua karena kena goncangan.

Tim kesehatan dengan sigap mendirikan tenda di lapangan dekat sekolah kami. Sementara ini kami disuruh tinggal di lapangan sampai gempa benar-benar reda biar kami aman dari gedung yang roboh. Di lapangan itu sudah dibangun tenda-tenda. Rasanya aku macam pengungsi korban bencana kayak di TV-TV aja. Di sana aku mendengar beberapa cerita. Ternyata pusat gempa itu di kota Bantul. Di sana keadaannya parah, gedung-gedung hancur dan banyak korban tewas tertimpa reruntuhan gedung. Ada salah satu murid laki-laki SMPIT Abu Bakar yang lagi melintasi gedung SMP pas gempa. Dia ketimpa genteng yang roboh dan kepalanya sampai berdarah. Tim kesehatan sedang mengobati lukanya sebelum tambah parah. Lumayang parah emang, soalnya kulihat darahnya banyak banget.

Selain itu ada cerita lucu dari temenku Afifah. Si Afifah ini lagi mandi di kamar mandi pas gempa terjadi. Dia panik ketika air berhamburan dari bak dan bumi berguncang hebat. Niatnya mau langsung keluar, tapi dia masih berlumur sabun dan tidak berpakaian. Akhirnya di tengah guncangan gempa, ia berjuang menyelesaikan mandinya sampai kepeleset-peleset dan teriak-teriak heboh. Makanya pas gempa itu aku merasa sempet denger teriakan-teriakan heboh. Pasti dia sumbernya. Alhamdulillah dia berhasil dan akhirnya bisa segera keluar menyelamatkan diri ^_^

Di tenda pengungsian, aku merasa bosan, habisnya nggak ada apa-apa yang bisa dilakuin. Sempat juga beredar isu kalau selain gempa juga lagi terjadi tsunami di pantai selatan. Air laut sedang bergerak ke Abu Bakar. Wa....Ya Allah....aku takut! Aku udah ancang-ancang naik pohon kelapa dekat sekolah kalau ada air bah. Tapi lama kelamaan itu cuma berita bohong. Ya...ketipu deh!
Akhirnya aku nekad kembali ke asrama bersama adik kandungku yang juga sekolah di situ dan beberapa orang temenku. Sebelumnya aku iseng ngelihat kondisi asrama adikku yang berbeda denganku, ternyata lebih parah. Lemari-lemari dan tempat tidur sampai roboh! Meski sudah diperingatkan bahwa keadaan berbahaya karena masih ada gempa susulan, aku nggak peduli. Aku tetap kembali ke asrama karena aku sudah kecapean. Tujuanku cuma satu, tidur di kasur asramaku yang empuk. Pas tidur-tiduran ternyata telepon asrama masih berfungsi. Aku nelpon ke rumah dan memberitahukan bencana ini dengan heboh. Ternyata tanggapan abiku biasa aja.

Aku : Abi gawat, Bi!
Abi : Kenapa?
Aku : Yogya gempa, tadi ada gempa besar
Abi : Ooo.... (dengan nada biasa aja)
Aku : Bi, aku pulang ke rumah ya sekarang
Abi : Loh sekolahmu?
Aku : Diliburkan, pokoknya aku mau pulang sama Fifa (adik kandungku)
Abi : Terserah kamu. Kalau mau pulang ya pulang aja

Setelah telpon itu aku dan adikku heran sendiri kenapa Abi sepertinya nggak khawatir sama anaknya yang baru saja kena bencana besar yang beritanya muncul di TV-TV nasional. Ternyata abiku ngira gempa yang kubicarain itu gempa biasa. Sudah kubilang kan Yogya itu memang sering gempa. Abiku aja pas ke Yogya ngerasain gempa. Makanya Abiku nggak ngeh...

Abiku belum tahu gempa ini beda dan lebih dasyat dari biasanya. Setelah kutelpon baru akhirnya Abiku nyetel TV dan langsung melongo kaget melihat berita gempa Yogya yang muncul di hampir semua TV swasta. Bahkan gempa yang terjadi selama 57 detik ini ternyata berkekuatan 5,9 skala ritcher. Akhirnya abiku menyadari kalau anaknya dalam bahaya dan harus segera dipulangkan dari lokasi bencana. Tapi jarak dari Yogya ke kampung halamanku Sidoarjo itu kan jauh. Perjalanannya aja sekitar 8 jam kalau naik bis. Aku mau pulang naik bis tapi ternyata terminalnya hancur dan tidak ada bis yang beroperasi. Bis kota langsung libur semua. Satu-satunya kendaraan yang sedang beroperasi adalah Taxi. Tapi jahatnya karena merasa banyak yang membutuhkan, tarif Taxi dinaikkan.

Abiku akhirnya mendapat ide. Kebetulan temannya ada yang anaknya juga bersekolah di SMPIT Abu bakar dan punya mobil serta berencana menjemput anaknya. Jadi dengan sigap abiku segera menghubungi temennnya itu dan mengamanatkan agar membawa aku da Fifa pulang ke Sidoarjo dengan SELAMAT!
Akhirnya aku dan Fifa nebeng mobil temennya abi itu. Di jalan kita melihat rumah-rumah sudah luluh lantak, hancur sampai banyak juga yang rata dengan tanah.

Rasanya Yogya seperti kota mati, kayak kota Hiroshima yang habis dibom sama Amrik.
Kayaknya sih gitu ^_^

By : http://yvonne-utrach.blogspot.com/2011/11/baru-inget-kalau-aku-ada-di-yogya-waktu.html

blogsmpitabubakar

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Select Menu