Diberdayakan oleh Blogger.

Racing

OSIS

Prestasi Siswa

Cerpen Siswa

LABEL

Artikel

» » Sekolah Islam terpadu, Mencetak Generasi Penghafal Qur’an

Seperti diketahui khalayak umum, sekolah Islam Terpadu (IT) berbasis pada keterpaduan antara ilmu sains dan Islam. Dalam kurikulum dicantumkan Tahfizul Qur’an atau mata pelajaran menghafal Al Qur’an serta sisipan muatan spiritual dalam mata pelajaran umum.

Pendidikan tahfidzul Qur’an tradisional masih diselenggarakan oleh TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an).Namun seiring dengan makin tersibuknya siswa siswi SD, SMP, dan SMA membuat mereka tak lagi sempat dan mau pergi ke TPA. Sedangkan untuk menghafal Al Qur’an secara menyeluruh dan khusus harus dilakukan di podok pesantren yang belum mengakomodir kebutuhan mereka memperdalam ilmu sains secara bersamaan. Sedangkan keluarga penghafal Qur’an di Indoneisa bisa dihitung dengan jari.

Lalu di tengah krisis para hafidz yang sekaligus ilmuan mulailah muncul sekolah-sekolah Islam Terpadu yang mengakomodir pada siswa-siswi menghafal Al Qur’an sekaligus belajar mata pelajaran sekolah pada umumnya. Memang mata pelajaran Tahfidz tidak menjadi yang utama tapi disamakan porsinya dengan mata pelajaran lain seperti matematika, bahasa inggris, dan IPA namun kontinuitasnya membuat mata pelajaran Tahfidzul Qur’an yang diajarkan di sekolah menjadi penting dan berarti.Di beberapa sekolah mata pelajaran Tahfidz diajarkan setiap hari. Setidaknya dalam 1 tahun bersekolah di TKIT siswa menghafal 1 juz (juz 30), SDIT memasuki juz 29 dan 28 serta murojaah (mengulang kembali), dan saat SMP dan SMA diharapkan siswa mampu menguasai 5 juz Al Qur’an.

Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya sekolah berbasis IT maka semakin banyaklah penghafal Qur’an (belum taraf seluruhnya, hanya sebagian juz saja). Walaupun begitu sekolah IT mampu mengembalikan budaya menghafal Al Qur’an di tengah masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan dan menghargai pendidikan akademis.

Semisal kita hitung ada 30 sekolah islam terpadu yang lulusannya mampu mengusai 1 juz (juz 30 saja) maka akan memberi kontribusi 900 penghafal Al Qur’an per tahun (1 sekolah diasumsi meluluskan setidaknya 30 siswa setiap tahun). Dalam lima tahun ke depan bukan tidak mungkin kebanyakan siswa siswi di lulusan IT seluruhnya sudah menguasai juz 30. Bukankah itu luar biasa? 


Sayangnya kebanyakan siswa sekolah IT tak melanjutkan jenjang yang lebih tinggi di sekolah yang sama, ada yang memilih sekolah negeri karena dipandang lebih memiliki prospek ke depan. Siswa yang meninggalkan bangku sekolah IT memiliki kesulitan dalam memelihara hafalannya karena budaya menghafal al qur’an tidak di bawa ke rumah rumah mereka. Maka tak heran banyak siswa lulusan IT yang menurun jumlah hafalannya padahal pernah menguasai 5 juz lancar di luar kepala.

Terlepas dari hal itu kita harus mengakui pentingnya sekolah IT dalam membumikan Al Qur’an di Indonesia. Perannya sebagai lembaga sekolah formal yang diakui pemerintah dalam hal mutu juga patut menjadi pelajaran bagi sekolah sekolah islam pada umumnya. Dalam menghadapi era global tentu kebutuhan akan ilmuan yang tak hanya pandai dalam hal akademis tapi juga dalam akhlaq dan spiritualitasnya menjadi kebutuhan yang pokok. Karena teknologi yang berkembang sedemikian pesatnya takkan mampu mengubah peradaban manusia menjadi lebih baik tanpa individu-individu yang memiliki keterpaduan pengetahuan sains dan Islam.

Ana Uswatun K, alumni pertama TKIT Mu'adz Bin Jabal, SDIT Luqman Al-hakim dan SMPIT Abu Bakar

blogsmpitabubakar

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Select Menu