Diberdayakan oleh Blogger.

Racing

OSIS

Prestasi Siswa

Cerpen Siswa

LABEL

Artikel

» » ATAS NAMA CINTA

Oleh : Ma’ruf
Bagi kalangan remaja rasa suka alias cinta menjadi konsumsi yang menjadikan dunia mereka sangat khas. Katanya bukan remaja jika tidak ada cinta (cinta dengan lawan jenis). Bukan remaja tulen jika tidak ada cinta, dengan romantika perjalanan nya tentunya.
Banyak remaja yang kalau berbicara tentang cinta, berperilaku cinta atau kalau ditanya tentang cinta, mereka sering mengatasnamakan cinta dalam rangka pembenaran pendapat mereka atau perilaku mereka. Apalagi kalau sudah dianggap sebuah kebutuhan. Secara pribadi saya belum pernah melakukan penelitian tentang perilaku remaja tentang cinta, namun hati saya merasakan suatu perkembangan yang sangat memprihatinkan. Bisa kita cermati di lapangan/masyarakat betapa banyak remaja kita yang terjerumus pada pergaulan bebas dan narkoba. Coba lihat berita-berita di televisi atau di media cetak yang vulgar. Ternyata kasus remaja sangat besar. Betapa perilaku zina sudah menjadi hal yang biasa tanpa beban. Betapa akhlak remaja begitu drastis turun memprihatinkan.
Saya pernah berdiskusi dengan remaja-remaja. Mereka mengatakan: “yah wajar namanya dunia remaja. Darah muda gitu”. Punya pacar. gonta-ganti pacar, surat-suratan (jaman dulu, sekarang kuno), boncengan, ketemuan, acara bareng dan hubungan-hubungan yang lebih dalam lagi menajadi sebuah jawaban perasaan-perasaan hati yang mereka cari. Saya beberapa kali menemukan di masyarakat remaja putri yang hamil akibat hubungan cinta mereka. Tentunya bukan sebuah paksaan namun sebuah suka rela walau awalnya dirayu-rayu tetapi pada akhirnya suka rela juga.   Begitu terjadi berulang-ulang di masyarakat Indonesia, seperti tidak mengambil pelajaran dari kasus-kasus sebelumnya. Saya yakin atas nama cinta ini terulang-ulang. Bahkan seorang bapak pun bisa mengatakan wajar anak gadisnya suka sama teman prianya alias pacarnya. Sedih kalau anaknya tidak punya teman dekat (baca : pacar). katanya tidak gaul.
Bukti nyata lagi bisa kita cek diapotik-apotik yang menyediakan kondom secara gratis atau dengan harga murah. Penulis menenukan dua orang pembeli yang ingin membeli tetapi caranya aneh. Bukan kondom tetapi justru alat tes kehamilan. Membeli dengan cara tidak menyebut nama barang namun dengan cara menunjuk barang itu, ketika memilihpun dengan cara menunjuk barang itu tanpa kata-kata. Petugasnyapun hanya menyebut harganya, tidak menyebut baranganya (sudah faham). Setelah saya perhatikan wajah sang pembeli itu, ya kira-kira yang satu seusia kelas 9 SMP dan yang satu seusia kelas 10 SMA.  Ada apa ini? Disebuah apotik yang saya temui disana tertera sebuah tulisan yang intinya sedia kondom gratis. Hebat bukan? Bebas siapapun bisa pesan.
Dari sedikit yang saya sampaikan ini pertanda perlunya perjuangan yang berat untuk mendidik keluarga-keluarga-keluarga muslim, remaja-remaja muslim dan masyarakat kita agar tidak terjerumus dalam pemikiran-pemikiran liberal sehingga mereka terjerumus dalam perzinaan. Agar masyarakat kita tidak permisif (cuek terhadap perilaku-perilaku bebas dalam pergaulan). Perlunya pembinaan masyarakat agar selalu faham dan taat pada agamanya (Islam) sehingga tahu mana yang benar dan salah dan mengamalkannya. Serta mampu menyaring pandangan-pandangan yang masuk dari dunia luar.
Bukanlah suatu tanggungjawab yang mudah sehingga butuh keterlibatan banyak fihak. Apalagi pembinaan untuk remaja yang sekarang sedang terkena “sihir-sihir” media sampai masuk ke tulang sumsum hati mereka, dan mempengaruhi kehidupan perilaku mereka. Agar mereka sadar dan tidak tertipu sebagaimana tertipunya para kaum musa as yang melihat ular tukang sihirnya fira’un. Padahal itu hanyalah tali yang berserakan.
Yang sedikit ini moga manfaat. Makruf_81@yahoo.com

blogsmpitabubakar

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Select Menu