(13/10/12) Senin kemarin 12 Oktober 2012 ektrakulikuler Jurnalistik mengundang tamu istimewa. Harian Pikiran Rakyat (PR) Jogja dan Forum Lingkar Pena (FLP) Jogja bersilaturahim menyapa jagoan-jagoan cilik jurnalistik.
Silaturahim diisi dengan motivasi oleh dua lembaga non fiksi dan fiksi besar tersebut. Hadir sebagai pembicara dari PR adalah mb Lina. Siapa yang menyangka diusinya yang masih muda beliau sudah menamatkan kuliah pasca sarjana (S2) di Universitas Paramadina Jakarta dengan program study ilmu pemerintahan. Pak Ibnu Sofyan, direktur PR Jogja yang juga ikut membersamai, menyampaikan bahwa mb Lena seminggu yang lalu baru saja mengikuti training di Amerika selama tiga minggu dengan bahasan kondisi politik Eropa. Sebelumnya remaja yang bertugas sebagai wartawan di Istana kepredisenan tersebut telah berkunjung ke Belanda dan beberapa negara lain dalam rangka study.
Untuk fiksi, mb Fatma perwakilan dari FLP jogja juga tidak kalah menarik. Beliau adalah direktur sekolah menulis jogja di usianya yang masih muda. “jangan menganggap pembaca adalah orang bodoh, mereka adalah orang yang cerdas” papar beliua di depan forum. Oleh karena itu mb Fatma menganjurkan untuk memilih kalimat yang baik dan sarat makna papar beliau disambut riuh anggota jurnalistik.
Pemaparan kedua pemateri lebih kepada motivasi dan strategi prakis menulis. Seperti, asyiknya menjadi penulis, jurnalis yang dapat keliling dunia, mengetehaui banyak peristiwa penting, dapat bertemu tokoh-tokoh nasional dan internasional, tips menulis, menemukan ide dan lain sebagainya.
Acara yang dimulai pukul 16.00 WIB tersebut dipadati oleh siswa-siswi jurnalistik. Mereka tampak antusias mengikuti jalannya obrolan yang bisa dikatakan diskusi panel dua tokoh. Pesert semakin antusias saat sesi tanya jawab dibuka, banyak siswa yang dengan cepat mengangkat tangan dan bertanya. Ustazah Mia sebagai moderator acara sekaligus pembina ekstra kulikuler Jurnalistik memandu acara agar berjalan tertib dan lebih bernilai.
Sementara itu ustad Agus Purnomo pembina Jurnalistik (non fiksi) menyampaikan bahwa dihadirkannya dua tokoh PR dan FLP tersebut dimaksudkan untuk memacu semangat siswa dalam jurnalistik. Siswa memahami bahwa menulis adalah hal penting dalam hidup. Menjadi seorang jurnalis adalah pekerjaan mulia yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang tanpa belajar keras. Melihat eksistensinya, jurnalistik adalah media baru di era modern yang sudah seharusnya dimiliki oleh umat islam. Karena pena seorang jurnalis mampu merubah kebodohan menjadi peradaban yang maju.
Tidak ada komentar