Diberdayakan oleh Blogger.

Racing

OSIS

Prestasi Siswa

Cerpen Siswa

LABEL

Artikel

» » Kisah Persahabatanku

By : Fatimah dan Hayuni
“Zahra!” kudengar sahabatku memanggilku. “Zahra, kamu kenapa sih? Kok kayaknya sedih?” tanya Andina. “Andina, aku gak mau pergi dari sekolah ini…” jawabku. “Iya ya, gak terasa besok kita lulus…kita akan berpisah, tapi perpisahan itu bukanlah akhir dari segalanya, perpisahan adalah awal yang baru” kata Andina. TEEET! Bel pulang sekolah pun berbunyi, membuat percakapanku dan Andina berhenti. Lalu aku dan Andina pulang bersama. Di jalan kami bercerita-cerita.
Keesokan Harinya...
Suara tangis yang tadi terdengar, kini hening. Semua terlihat memperhatikan bu guru yang berbicara di depan. Setelah itu kami saling bersalaman, berpelukan dan bertukar hadiah. Menyenangkan namun sedih. Setelah acara perpisahan selesai, aku pun di ajak orang tuaku untuk melihat SMPIT ABU BAKAR, tempat yang akan kusekolahi nanti. Sampai di SMPIT ABY, aku merasa tidak senang dengan sekolah itu, tapi, mau bagaimana lagi? Aku tidak mau mengecewakan orang tuaku. Lalu ayah bertanya “Bagaimana nak, kamu suka tidak?” kata ayah, “Su..suka kok yah!” jawabku berbohong, “Kamu kenapa Zahra? Kok kayaknya tidak suka dengan SMP ini?” Tanya ibu yang mungkin heran dengan raut wajahku, “Emmm…. Aku nggak papa kok bu…Cuma masih sedih aja habis perpisahan…” jawabku,”Oh ya sudah, kalau begitu kita makan siang dulu yuk!” ajak ayah.
Sampai di restoran ‘Bumbu Desa’ kami pun memesan makanan dan tidak lama kami menunggu, makanan yang kami pesan datang. “Besok kamu tes masuk ABY, jadi nanti sampai rumah kamu siapin untuk besok dan siapin mental kamu” kata ibu, “Iya bu…” jawabku. Setelah makanan habis kami pun pulang ke rumah.
Sampai di rumah aku segera menyiapkan untuk tes esok hari. Sebenarnya sih aku nggak niat banget nyiapin tesnya…, tapi ya sudahlah… TERPAKSA! Setelah selesai menyiapkan untuk tes aku menulis diary,
Dear Diary, hari ini aku sedih n’ sebel banget. Sedihnya karna hari ini perpisahan… aku akan berpisah dengan teman-temanku….trus waktu perpisahan aku dan Andina nangis  nyampe air mataku udah nggak keluar lagi. Terus sebelnya, masa’ habis perpisahan aku di daftarin di smpit ABY?? Iiiiiih nyebelin banget! Kan NEM-ku bisa di bilang bagus, tapi kenapa di masukkin di ABY? Kan sayang kalo nilai bagus masuk IT… Andina aja yang NEMnya juga bagus di masukkin ke SMP Negeri, padahal Andina pinginnya sekolah di IT…Uuuuuh aku nggak suka!
Setelah menulis diary aku pun tertidur. KRIIIIIIIIIING! Alarm berbunyi pukul 04.30. Aku pun  bergegas mengambil air wudhu untuk sholat shubuh. Setelah sholat aku siap-siap untuk tes di ABY.
“Zahra!” panggil ibu, “Iya bu, ada apa?” jawabku masih di kamar, lalu aku turun dan menjawab lagi, “Ada apa bu?’ “Makan dulu, itu ibu siapin nasi goreng seafood kesukaanmu. Di makan ya biar nanti kamu punya energi” jawab ibu, “Iya bu makasih ya…”  Ternyata ayah sudah menungguku di ruang makan “Oh.. Zahra sudah bangun?Ayo makan!” ajak ayah, “Iya ayah..” jawabku.Saat makan ayah dan ibu menceritakan tentang SMPIT & segala macam aturan dan hukumannya. Uuuuuuh dengernya aja udah bikin pusing apalagi jalaninnya. Sehabis makan, aku pun berangkat ke SMPIT ABY. Aku sedih, disini nggak ada sahabatku, tak ada yang menemaniku. Namaku sudah dipanggil, lalu, aku masuk ke ruangan.. “Mengapa kamu ingin sekolah di SMPIT ABY ? “ aku bingung menjawabnya, “A..a..agar tambah banyak ilmu, menjadi sholihah , dan bisa banggain orang tua” kataku dengan asal-asalan.  Dan pertanyaan yang lain. Ada juga tes Al-Qur’an, tes kesehatan, d.l.l.
Setelah tes selesai, aku pun bergegas untuk pulang naik bis. Sampai di rumah aku sendirian karna ibu dan ayahku pergi bekerja. Di rumah hanya tersedia mie ayam dan jus jambu, karena aku lapar, aku pun memakannya. Setelah kenyang aku masuk ke kamar dan menulis diary ..
Dear Diary..., hari ini tes di ABY. Waktu aku nunggu namaku di panggil, ada yang memanggilku dan aku bingung, kenapa dia bisa tau namaku ? lalu dia memberiku dompet. Oh ternyata itu dompetku ! Aku berterima kasih lalu aku berkenalan dengannya. Ternyata namanya Naura, Naura Putri Salsabila. Waahhh.. nama yang bagus. Lalu menurutku dia itu baik, enak diajak ngobrol, agak pendiem siih, tapi cantik, pinter, sopan, jujur, pokoknya gitu deh ! aku ngerasa cocok sama dia... Kalo aku keterima, dia mau temenan sama aku g’ ya? Tapi aku kan gak mau keterima.
Setelah itu aku sholat dhuhur dan tidur siang.  Jam 3 aku bangun lalu aku sholat ashar dan mandi sore. Setelah mandi aku turun ke bawah untuk menonton tv. Ternyata orang tua ku sudah pulang. Lalu mereka bertanya padaku tentang tes tadi pagi. Sebenarnya aku agak kesal ditanya tapi, daripada aku diam, ya aku jawab saja. Aku menonton sampai maghrib, lalu aku sholat. Ba’da maghrib aku mengaji sampai isya’ dan dilanjutkan sholat isya’. Aku pun segera ke kamar untuk tidur...
1 minggu kemudian...
Hari ini, pengumuman pendaftaran ABY, “Aku keterima nggak ya..? Klo keterima, pasrah aja deh, tapi kalau nggak keterima, aku bisa masuk SMP Negeri dong ! Yah.. semoga nggak keterima...” kataku berharap... “ Zahra...” panggil ibu “ Iya bu...” “Kamu sudah mandi dan siap siap ke SMPIT ABY?” “Iya bu.. sudah...”.  Lalu aku, ayah, dan ibu ke SMPIT ABY.
Pengumuman SMPIT ABY sudah ditempel di papan pengumuman, Dag..Dig..Dug... Jantungku berdetak sangat cepat.. Ibuku baranjak ke papan pengumuman itu, ternyata... AKU KETERIMA... Ibu dan Ayah sangat senang... Tapi, hati ini belum bisa menerimanya.”Waahh, kamu hebat nak.. kamu bisa ngalahin beribu orang banyak yang disana...” “ Iya makasih yah, bu…” jawabku.
”Eeh... Naura, gimana kamu keterima atau enggak...?” kataku,namun aku berfikir kenapa aku memanggilnya? Terus kenapa aku bertanya ke dia? Terus kenapa aku seneng banget ketemu sama dia? “Oh, Zahra, aku KETERIMA, kamu keterima kan? Aku lihat namamu” jawab Naura “Oh.. iya aku keterima juga..” kataku. Karena sudah dipanggil untuk berkumpul di masjid, Naura pun mangajakku ke masjid “Eh, kita udah dipanggil tuh, kita ke masjid yuuk!” kami pun pergi ke masjid.
Orangtua ku pun pulang, dan nanti aku pulang naik bis. “Naura...!” panggil seseorang yang tidak aku kenal. “Oh..Tiara? ada apa? Kok kayaknya dari tadi kamu nggak keliatan ?” kata Naura. “Eeh, iya tadi aku sama temen baru ku, namanya Fara..” “Oh, gitu..oh iya kenalin ini Zahra, temen baruku” kata Naura memperkenalkanku kepada anak yang bernama Tiara itu. Lalu kita pun bersalaman.”Tiara Anggraini” katanya ramah “ Az-Zahra Putri Azizah” kataku. Lalu kami mendengarkan penjelasan dari kakak-kakak OSIS untuk MOS. Setelah penjelasan selesai dan sudah diperbolehkan untuk pulang aku berpamitan dengan Naura dan Tiara. Sampai di rumah Andina menelponku.
“Assalamualaikum Zahra” “Waalaikmussalam Andina, apa kabar?” “Alhamdulillah baik…oh iya gimana, keterima di SMP mana?” “Aku…keterima di ABY… L” “Lho? Kamu jadi di SMPIT ABY?” “Iya…terpaksa, gara-gara orang tuaku, aku takut ntar orang tuaku kecewa sama aku” “O.. gitu ya udah nggak papalah… semoga kamu betah dan dapet temen banyak di sana..” “Iya makasih ya,, oh iya kamu jadi di SMP 14?” “Iya, ternyata negeri lumayan lho…seru!” “Yah…kamu enak ya… ya udah ya… Assalamualaikum” “Waalaikumussalam” setelah di telfon Andina, aku segera menyahut panggilan ibu. “Iya bu, ada apa?” tanyaku, “ Gimana tadi penjelasan dari kakak kelasmu? Di suruh bawa apa aja?” tanya ibu,”Ngng..sebentar bu aku ambil bukunya dulu………..di suruh bawa kursi lipat, mingpa, dst.” kataku, ‘Kursi lipat dan mingpa itu apa?’ tanyaku dalam hati. “Oh kalau begitu ini ibu kasih Rp. 30.000 untuk beli keperluanmu, sisanya untuk kamu jajan, tapi jangan lupa di tabung.” Kata ibu mengingatkan. Setelah itu aku berganti baju lalu pamit ke ibu untuk pergi belanja keperluan untuk MOS.
Saat aku mengambil sepeda di garasi, aku melihat seseorang yang mirip dengan Naura.  “Naura!” panggilku, dan ternyata dia memang Naura. Lalu aku menaruh sepedaku kembali dan menghampiri Naura. “Loh, rumahmu di sini?” kata Naura “Iya rumahku di sini, rumahmu di mana? Kok bisa nyampe rumahku?” tanyaku, “Oh rumahku yang di pojokan itu, aku baru pindah minggu lalu tapi baru selesai sekarang.” cerita Naura “Oh gitu…trus sekarang kamu mau ke mana?” tanyaku, “Emm aku mau beli untuk MOS besok…” jawab Naura. “Oh kebetulan dong, aku juga mau pergi, gimana kalo bareng aja?” pintaku “OK”
Adzan Ashar berkumandang, aku di telfon ibu untuk segera pulang. Lalu aku segera mengajak Naura pulang. “Udah dulu ya Nau, makasih untuk hari ini” kataku, “Iya masama” jawab Naura. Setelah itu Naura jalan ke rumahnya. “Assalamualaikum” “Waalaikumussalam, Zahra itu tadi siapa?” tanya ibu, “Oh itu tadi Naura bu, temen SMP Zahra yang rumahnya deket sini.” Kataku, “Oh untung ya kamu udah punya temen, sekarang kamu sholat ashar terus kamu istirahat, nanti habis maghrib ayah sama ibu mau ngajak kamu makan di luar” kata ibu.
“Zahra, udah siap belum?” tanya ayah, “Sudah ayah” kataku sambil menuruni anak tangga satu per satu. “Wah anak ayah cantik sekali...” puji ayah kepadaku, aku hanya tersenyum malu. Di perjalanan, kami mengobrol tentang masalah antar jemputku sekolah. Sampai di restoran, kami memesan makanan. Tiba-tiba saja aku ingin ke toilet, lalu aku izin ke toilet. Saat aku masuk toilet ada anak perempuan yang memanggilku, “Zahra” kata anak itu, aku pun menoleh dan ternyata itu Naura. “Naura, kamu juga makan di restoran ini?” tanyaku “Iya, tapi aku udah selesai makan, tinggal nunggu adikku” jawabnya “Oh ya sudah, aku ke kamar mandi dulu” kataku “Iya, aku duluan ya” kata Naura.
Sampai di rumah aku segera mempersiapkan untuk MOS hari pertamaku dan setelah itu aku menulis diary...
Dear diary, hari ini aku beruntung banget! Waktu tadi mau belanja untuk MOS besok Naura lewat depan rumahku dan ternyata rumahnya Naura deket rumahku. Akhirnya aku pergi bareng Naura deh.. Terus, waktu tadi ke restoran aku ketemu Naura lagi...
Karena besok adalah hari pertama sekolahku aku segera gosok gigi, berwudhu lalu tidur.
            KRIIIIIING!!!! Alarm-ku berbunyi pukul 04.00. Aku pun segera berwudhu dan sholat shubuh. Setelah sholat aku mandi lalu memakai baju seragamku. “Hari ini hari senin, seragamnya putih-putih,terus pakai kerudung........oh iya kerudungnya di balik, terus penitinya di depan........Iiiih aneh banget!” kataku berbicara sendiri.
            Setelah memakai seragam aku memakai atribut untuk MOS. Setelah semuanya siap, aku mengambil tas dan turun ke bawah, ternyata baru jam 06.05. Lalu aku sarapan tempe goreng dan susu putih. “Ibu, tolong ambilkan pot bunga yang bisa aku bawa ke sekolah dong...” pintaku kepada ibu sehabis makan. “Untuk apa sayang?” tanya ibu lembut “Emmm...untuk apa ya?mungkin untuk di taruh di depan kelas?” jawabku asal “Baik sayang” kata ibu. Setelah ibu mengambilkan pot bunga yang cocok aku pun segera berangkat bersama ayah.
            Sampai di sekolah aku pun segera mencari 2 orang yang baru aku kenal di sekolah ini, yaitu Naura dan Tiara. Setelah 5 menit mencari, aku pun menemukan Tiara, “Oh, kamu Tiara kan?” tanyaku meyakinkan “Iya aku Tiara, kamu Zahra ya, yang kemarin di kenalin Naura?” Tiara balik bertanya “Iya aku Zahra, kamu liat Naura nggak?” kataku, “Naura ya? Emmm tadi aku liat di depan GOR, kamu mencarinya? Bareng aku aja yuk...” ajak Tiara, aku pun mengiyakan. “Zahra, Tiara!” panggil Naura sambil menghampiri kami. Setelah itu kami pun mengobrol sampai akhirnya kami di panggil untuk upacara penerimaan siswa baru. Upacara yang sangat lama itu pun akhirnya berakhir, kami para siswa baru di suruh berkumpul di GOR. Setelah semua berkumpul di GOR, kami semua diberi tahu tentang SMPIT, ektrakulikulernya, pelajaran-pelajarannya, guru-gurunya, kegiatannya,dll.
         Akhirnya masa MOS berakhir.Aku sudah cukup banyak mengenal temanku.Ada Naura, Tiara, Fara, Afa, dan Fira. Mereka semua teman sekelasku. Dan hari ini sudah mulai pelajaran. Hari kamis pelajarannya,PAI,B.ing,B.jawa,B.arab, dan Tahsin. “Zahra, kemaren NEM-mu berapa?”Tanya Fara ”Emm, 27,45”jawabku sambil mengingat-ingat ”Kalau kamu berapa?” Tanya Fira kepada Naura”Kalau aku 28,00”jawab Naura “Waaawww!!!” kata Fara,Fira, dan Afa kagum. ”NEM kalian tinggi-tinggi ya? Kita dapet anak pinter niih...”kata Afa. “Kalau kalian berapa?” tanyaku “Aku cuma 26.15” jawab Fara ”kalau aku 25.45” kata Fira “ Aku.. emm 27.00” jawab Afa “ Oooh.. NEM kalian lumayan kok !” kata Naura  “Iya NEM kita bagus-bagus kok ! kan yang penting kita nggak sombong…” jawabku menambahkan.
            KRIIING! bel masuk berbunyi. Aku dan Naura pun duduk di bangku kami.”Eh, Tiara mana? Kok waktu kita ngobrol tadi dia belum datang?” tepat setelah aku bertanya Tiara masuk.”Assalamu’alaikum” teriak Tiara lalu segera duduk di tempat duduk yang kosong, yaitu di sebelahnya Fara. ‘Sepertinya Tiara terburu-buru’ kataku dalam hati. Setelah tilawah pagi, Ust.Aniq, guru PAI datang. “Assalamualaikum, saya akan mengabsen” kata ust. Aniq. Pelajaran pun dimulai.
       KRIING bel istirahat berbunyi. Aku dan Naura pun berniat ke kantin sebelum Tiara memanggilku. “ Zahra, kamu mau kemana?” kata Tiara ”Eem,mau ke kantin” jawabku “Mau nungguin aku  bayar SPP nggak? Kata mama harus di bayar sekarang biar entar nggak lupa soalnya uangnya banyak, takut hilang! Tadi pagi kan aku telat gara-gara mama ambil uang untuk bayar SPP..”cerita Tiara “Ya udah yuk, aku temenin, nggak papa kan Ra?” jawabku sambil menoleh ke Naura.”Nggak papa kok, kalau gitu aku ikut aja” kata Naura “Ya udah gih, cepetan” kata Tiara nggak sabaran.
     KRIIING bel pulang pun berbunyi,aku segera melaksanakan piket karna hari ini memang hari piketku, Naura juga. Setelah piket aku dan Naura pergi ke aula untuk sholat Ashar, lalu kita pulang memakai bis kota. Sampai di rumah aku masuk ke kamarku, ganti baju lalu menulis Diary
Dear diary, masa MOS sudah berakhir, sekarang kita udah mulai pelajaran. Terus hari ini ada kejadian memalukan! Waktu selesai Tahsin kan aku dan Naura keluar aula, kan sebelahnya aula kaca jendela 7D, nah Naura ngaca di situ, aku sih nggak minat, nah Naura itu nggak tau kalo di dalem masih ada anak 7D, Naura langsung narik aku pergi. Hhhhhh Naura pasti malu banget.
Setelah itu aku tertidur.KRIIIING! Alarm-ku menunjukkan pukul 04.00. Aku pun cepat-cepat mengambil air wudhu untuk sholat Shubuh dan setelah itu aku mandi. Setelah mandi, aku segera sarapan dan berangkat sekolah.
            Di sekolah Tiara terlambat lagi. Aku pun bertanya “Tiara kenapa kamu terlambat lagi?” sambil menatapku tajam Tiara berkata “Ya suka-suka aku dong! Mau telat atau enggak juga bukan urusanmu!” Dan hampir setengah kelas melihatnya, aku hanya terdiam melihat tingkah Tiara.
            Waktu istirahat, Tiara hanya mengajak Naura ke kantin “Kok aku nggak di ajak?” tanyaku, “Ya udah ayo ikut kita aja” ajak Naura, lalu Naura pergi ke KM. “Dasar anak manja!” kata Tiara mengejekku, “Kenapa kamu jadi berubah gini?” tanyaku berhati-hati, “Hah, berubah? Aku nggak berubah sama sekali…” lalu Naura datang. “Ada apa.? Kok kalian marah-marah?” tanya Naura yang bingung dengan suasana di antara aku dan Tiara, “Oh… nggak papa kok, nggak ada apa-apa” balasku cepat karna aku yakin Tiara tidak akan menjawab. “Bener nggak ada apa-apa?” tanya Naura meyakinkan, “Bener kok” balasku. Lalu Naura berjalan menuju kantin, aku dan Tiara berjalan di belakangnya “Awas ya kalau sampai beritahu si Naura!” ancam Tiara sambil berbisik pada ku lalu dia segera berjalan di samping Naura. Karena merasa tidak enak pada Tiara aku pun kembali ke kelas. ‘Ya Allah kenapa Tiara jadi seperti itu…. Aku tidak tau salahku apa…’ kataku dalam hati.
            Istirahat ke-2 aku bertemu Tiara yang baru kembali dari kamar mandi “Tiara, aku mau bicara sebentar...” kataku, “Aku nggak punya waktu untuk bicara sama kamu…” kata Tiara sedikit kesal. Lalu dia menghampiri Naura yang sedang berjalan sendiri menuju kantin “Naura! Mau ke kantin?” tanya Tiara, “Iya, kamu juga? Ayo…Zahra kamu mau ikut nggak?” tanya Naura dan sebelum aku sempat menjawab, Tiara langsung menyela, “Tadi katanya dia lagi nggak mau jajan, kita berdua aja…” kata Tiara, “Ohhh…” dan aku hanya tersenyum kecil.
            Sampai di rumah, aku hanya terdiam memikirkan Tiara. Lalu aku menulis Diary
Dear diary, hari ini sikapnya Tiara beda sama aku. Aku nggak tau apa salahku. Padahal ku kira kita bisa sahabatan bertiga, aku, Naura dan Tiara… Tapi kenapa sekarang sikapnya Tiara kayak gitu sama aku… Dia seperti tidak mau sahabatan sama aku… Hanya mau sama Naura yang teman SD-nya…. Gara-gara aku sekolah di SMP IT ABY,  jadi kayak gini deh...
            Adzan Maghrib berkumandang, aku pun segera mengambil air wudhu dan pergi ke masjid. Setelah sholat, aku pulang dan mengaji. “Zahra, ayo makan malam dulu, kemarin kamu tidak makan lho…” panggil ibu, “Iya bu, sebentar” kataku sambil menutup Al-Qur’an dan melipat rukuhku. Di meja makan sudah tersedia soup asparagus dan garlic bread buatan tante yang tadi sore berkunjung ke rumah sebelum aku pulang sekolah. “Wah… masakan tante emang enak ya bu, yah…” kataku dan mereka pun tersenyum. Sejenak aku bisa menghilangkan perasaan sedih dan kecewaku terhadap Tiara.
Keesokan Harinya
            Entah mengapa, aku merasa ada yang berbeda. Dan aku mulai sadar bahwa Naura dekat denganku, tidak ada Tiara yang menghalangi kedekatan kita. Saat istirahat pertama, karena Naura tidak pergi ke kantin aku mengajaknya bicara, “Naura, Tiara kenapa sih?” tanyaku, “Hah? Emang Tiara kenapa? Dia berubah?”  Naura balik bertanya, ‘Oh iya, kata Tiara aku nggak boleh beritahu ke Naura...” kataku dalam hati, “Oh... nggak papa kok, mungkin cuma perasaanku saja” kataku berbohong, “Oh.. ya sudah”. Setelah istirahat pertama itu aku merasa bebas dari Tiara dan aku bisa dekat kembali sama Naura.
            KRIIING! KRIIING! Bel pulang sekolah berbunyi dan karena Naura sudah di jemput, dia langsung pulang. Sedangkan aku masih menunggu ayah yang menjemputku. “Zahra, ikut aku!” teriak Tiara yang mengagetkanku, dan aku pun segera mengikuti Tiara ke gang kecil sebelah asrama ikhwan kelas 9. Saat merasa sudah aman dan tempatnya pas, Tiara mulai bicara. “Zahra, kamu ngapain sih deket-deket sama Naura? Kamu ngerti kan kalau aku nggak suka kamu deket-deket sama Naura? Tapi kenapa kamu malah deket-deket sama dia? Kamu juga tau kan kalau Naura itu sahabatku sejak SD, dan kamu nggak boleh jadi sahabatnya Naura di SMP! Kamu ngerti nggak?!” kata Tiara panjang lebar setengah berteriak. “Tiara, aku salah apa sama kamu? Dan kenapa aku nggak boleh jadi sahabatnya Naura di SMP?” jawabku dengan mata yang berkaca-kaca, aku merasa kata-kata Tiara sudah menusuk hatiku. “Huh! Ngapain sih nyampe mau nangis gitu? Dasar cengeng!” kata Tiara, aku hanya terdiam menunduk. “Kamu emang nggak salah apa-apa Zahra, tapi aku nggak suka ngeliat kamu deket sama Naura, apalagi Naura itu sahabatku dari SD, dan kamu jadi pengacau di SMP ini, kamu deketin Naura karna mau jadi sahabatnya kan? Dan aku merasa terganggu dengan itu” lanjutnya, “bahkan kalo bisa kita sahabatan bertiga” lanjutnya lagi setengah berbisik sampai aku hampir tidak mendengar suaranya. Lalu dia pergi meninggalkanku dan matanya berkaca-kaca. Setelah Tiara pergi, aku kembali dan ayah sudah menungguku, aku hanya tersenyum dan segera naik ke mobil.
            Sampai di rumah, aku segera masuk ke kamar dan berganti baju. Setelah itu aku menangis di depan meja riasku, aku menangis mengingat kejadian tadi. Setelah air mataku reda, aku menulis diary
Dear diary, pulang sekolah tadi Tiara mengajakku ke suatu tempat, dan saat sudah sampai tempatnya dia marah-marah sama aku. Dia bilang aku nggak boleh jadi sahabatnya Naura, padahal aku pingin banget jadi sahabatnya. Bahkan aku pingin kita sahabatan bertiga. Tapi, saat Tiara mau pergi meninggalkanku, dia berkata lagi dan suaranya hampir tidak aku dengar. Kalau tidak salah ada kata-kata bertiganya... Aku tidak bisa mendengar dengan jelas. Tapi apa mungkin sebenarnya Tiara pingin kita sahabatan bertiga? Tapi kenapa dia seperti itu?Aku jadi tambah gak suka sama SMP IT
“Zahra, sholat maghrib dulu!” teriak ibu dari lantai bawah, “Iya bu, tapi Zahra di rumah aja ya...” pintaku, “Kalau gitu ibu dan ayah ke masjid dulu ya...” setelah itu suasana hening, aku segera mengambil air wudhu dan sholat maghrib, lalu aku berdo’a untuk Tiara.
            KRIIING! Alarm-ku berbunyi pukul 04.30. Aku segera mngambil air wudhu untuk sholat shubuh, lalu aku bersiap-siap berangkat sekolah. Selesai bersiap-siap, aku pun segera turun ke lantai bawah untuk sarapan. “Zahra, ayo sarapan dulu, ibu bikinin nasi goreng seafood nih, kesukaan kamu” kata ibu ketika melihatku sudah turun. “Oh iya Zahra, kamu berangkat naik sepeda ya…” kata ibu lagi, “Hah, sepeda? Kenapa bu?” tanyaku sambil mengambil nasi. “Soalnya tadi ayah sudah berangkat jam 06.00, katanya ada kerjaan yang belum selesai” terang ibu, aku hanya manggut-manggut. Setelah selesai sarapan, aku berpamitan pada ibu, “Ya udah ya bu, aku berangkat dulu, sudah jam 06.30, Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumussalam.”
            Sampai di sekolah, Afa mengajakku duduk bersama. Dan di belakangku ada Naura dan Tiara. Saat aku duduk, Tiara berkata, “Eh, Zahra kok kayaknya lama nggak ketemu?” “Hah? Emang kamu dari mana?” tanyaku heran, “Nggak dari mana-mana sih, tapi aku ngerasa sudah lama nggak ketemu, dan menurutku itu ‘sesuatu banget” kata Tiara sinis, dan aku mengerti maksudnya. “Ooh, mungkin kemarin kamu tidurnya lama banget, jadi kayak udah ngelewatin 1 hari…” candaku. Naura dan Afa tertawa, dan Tiara menggeram kecil.
            Saat istirahat Afa mengajaku ke kantin, tapi Naura juga mengajakku. “Emm… aku sama Afa aja deh Nau, kamu sama Tiara aja…” kataku lalu aku segera meninggalkan Naura. Karena aku tidak mau cari masalah lagi sama Tiara, aku memilih menjauhi Naura walaupun berat rasanya. Sudah 2 hari aku menjauh dari Naura, dan rasanya sepi sekali. Walaupun masih ada Afa ataupun Fira, tapi aku tetap merasa kesepian.
            Sekarang hari jum’at, sejak hari selasa kemarin aku tidak sering mengobrol dengan Naura.  Dan hari ini, Naura duduk di sebelahku karena aku datang duluan dan Naura tidak bilang ingin duduk di dekatku. Aku tau pasti Tiara marah besar karena berpikir aku tidak akan dekat dengan Naura lagi karena sudah 2 hari ini kami tidak mengobrol, tapi ternyata sekarang kita duduk berdekatan. Saat jam istirahat, aku tidak tau harus berkata apa saat Naura bertanya “Zahra, kamu kenapa sih kok kayaknya 2 hari ini kamu menjauh dariku?” tanya Naura, “Mmm…a..aku tidak apa-apa kok Ra” jawabku, “Zahra, jawab yang jujur, aku tau kamu menjauh dariku karena sesuatu…” kata Naura. Saat itu juga aku melihat Tiara melihat kearahku dan pergi keluar, dan aku semakin ragu untuk menjawab. “Zahra… please aku butuh jawabanmu…” akhirnya setelah beberapa saat, aku menjawabnya dan kuceritakan semua.
Keesokan Harinya…
            KRIIING! Bel istirahat pertama berbunyi. Aku ingin ke kamar mandi, tapi aku mendengar suara Fara dan Fira di kamar mandi. Saat itu aku hanya berdiri mendengarkan pembicaraan mereka “Fara, Tiara sama Zahra kenapa sih, kok kayaknya musuhan?” tanya Fira “Sebenernya, aku bilang ke Tiara kalau Zahra nggak mau sahabatan sama Tiara, maunya sama Naura. Padahal Tiara mau sahabatan sama Zahra dan Naura. Jelas kan Tiara marah, apalagi dia sensitive.” Kata Fara menerangkan. “Jadi kamu yang bikin mereka kayak gitu?” tanya Fira “Iya, kenapa? Nggak boleh?” kata Fara, “Bukannya nggak boleh, tapi kan mereka itu udah cocok banget…” kata Fira membelaku dan Naura, “Oh, jadi kamu nggak suka aku kayak gini? Kita kan udah bareng dari SD, tapi kenapa kamu lebih membela mereka? Trus kamu juga tau kan kalo aku sukanya ngrusak hubungan orang? Dan sekarang kamu membela mereka? OK, FINE!” kata Fara marah, dan aku langsung berlari ke kelas dan segera duduk di kursiku. “Kamu kenapa? kok lari kayak di kejar seseorang?” tanya Naura yang heran dengan sikapku. Aku menarik nafas panjang lalu menceritakan pembicaraan Fara dan Fira. “Aku punya ide!” kata Naura yang mengagetkanku. Dan Naura segera menceritakan idenya itu. Aku pun mengerti.
            UTS, UAS dan raportan telah berlalu. Sekarang libur semester 1. Aku dan Naura sudah merencanakan akan jalan-jalan bersama Tiara, Fara, Fira dan Afa. Hari yang ku tunggu pun tiba. Hari ini hari kamis, aku, Naura, Tiara, Fara, Fira dan Afa akan menginap di Villanya Naura selama 2 hari dan bersama orangtua dan adiknya Naura.Villanya Naura ada di Kaliurang dan kata Naura tempatnya asri banget dan di dekatnya ada tempat rekreasi. Kita janjian berkumpul di rumahnya Naura ba’da ashar. “Zahra, hati-hati di jalan ya, trus jangan lupa oleh-olehnya…” kata ayah saat aku sudah siap ke rumah Naura, “Iya ayah… Nanti oleh-olehnya monyet ya, hehe” candaku. “Zahra, hati-hati ya, jangan lupa berdo’a, bekalnya di makan, ibu pasti kangen banget sama kamu…” ucap ibu, “Iya bu, yah Zahra akan baik-baik aja kok, tenang aja…kan ada ortunya Naura juga, jadi ayah sama ibu nggak usah khawatir, lagian Zahra cuma pergi 2 hari kok…” kataku menenangkan. Setelah itu aku segera berjalan ke rumah Naura.
           
            Sampai di rumah Naura sudah ada Afa dan Fira. “Eh, ni anak yang rumahnya paling deket baru datang…” ejek Afa, “Maksudmu apa?” kataku “Hehe… nggak usah marah neng, bercanda…” aku hanya tersenyum simpul. “Lha yang bermasalah, yang jadi penyebab kita ke sini mana?” kata Fira, “Maksudnya ‘yang jadi penyebab kita ke sini’ apa?kamu nggak ikhlas?” kata Naura sambil melipat tangannya di dada, “Hoho nggak, nggak cuma bercanda. BTW mereka mana sih? Lama banget…” kata Fira “Kamu sih ngajak aku ke sini waktu ashar biar sholat di sini, kan nunggunya jadi lama…” balas Afa “Udah deh kalian tu… mereka dah di gerbang tuh…” tunjukku kearah gerbang. “Ya udah yuk sekarang kita berangkat aja” kata ayahnya Naura. “YEEE!” seru Afa dan Fira, aku dan Naura menggelengkan kepala melihat tingkah 2 anak ini.
           Di dalam perjalanan, Afa, Fira dan Laura, adik Naura bernyanyi, dan bercerita banyak sekali. Aku, Naura dan Fara hanya melihat mereka sambil tersenyum ataupun tertawa saat mereka melakukan hal lucu. Sedangkan Tiara yang duduk di pojok belakang hanya melamun melihat keluar. Aku dan Naura sesekali mengajaknya berbicara walaupun dia hanya menjawab singkat.
            Akhirnya kami sampai di Villanya Naura pukul 17.45. Kami segera menaruh barang-barang bawaan di ruang tamu lalu sholat di musholla villa Naura. Setelah sholat Maghrib kami menuju ke kamar yang sudah di tentukan. Villa Naura berlantai 3, lantai pertama ada ruang tamu, dapur, ruang makan, musholla,  1 KM, dan 1 kamar untuk ortu dan adik Naura. Lantai 2 ada 2 kamar, 2 KM, ruang TV, dan balkon. Sedangkan lantai 3 hanya ada kolam ikan dan tempat santai. Di halaman belakang villa ada gazebo yang terbuat dari kayu dan ada kolam renang. Ternyata benar apa kata Naura, villanya sangat asri. Setelah merapikan barang-barang kami makan malam di restoran dekat villa, lalu pulang dan sholat isya. Lalu kita beristirahat pukul 20.30.
            “Zahra, bangun! Udah jam setengah lima lebih, sholat shubuh dulu di musholla” kata Naura membangunkanku. Saat aku bangun, ternyata Tiara belum bangun, lalu aku di suruh Naura membangunkannya. “Tiara, bangun… udah jam setengah lima lebih, ntar telat sholat shubuh lho… ortunya Naura udah nunggu di bawah tuh…” kataku membangunkan Tiara. Untungnya Tiara gampang di bangunkan jadi dia langsung terbangun dan langsung ke kamar mandi tanpa memedulikan kita.
            “Naura, nanti jam 08.00 udah siap pergi ya… kita mau ke ‘Taman Wisata Kaliurang…” kata ibu Naura mengingatkan, “Oh… OK bu”, jawab Naura. “Temen-temen sekarang udah jam 06.00, sekarang kita siap-siap pergi ya… Jam 08.00 kita pergi ke ‘Taman Wisata Kaliurang’ tempatnya deket kok…” kata Naura menjelaskan kepada kami yang sedang duduk-duduk di ruang TV. Kami pun segera bersiap-siap. Aku mandi duluan, lalu Tiara dan Naura. Sedangkan Afa, Fira, dan Fara mandi di kamar mereka. Pukul 07.10 kami sudah siap dan turun ke bawah. Ibu Naura sudah menyiapkan sarapan sandwich daging dan susu putih, kami pun segera memakannya. Setelah sarapan pagi, kami pun menaiki mobil Naura untuk pergi ke Taman Wisata Kaliurang.
            Perjalanannya hanya membutuhkan waktu 15 menit karena villanya Naura memang dekat dengan ‘Taman Wisata Kaliurang’. Sampai di sana kami turun dari mobil dan menghirup udara segar, sejuk dan dingin. “Waaah... seger banget ya, udah lama nggak menghirup udara seseger ini...” kataku senang “Iya seger banget...” kata Tiara. Sejenak kami terdiam, lalu bertatap mata dan Tiara segera mengalihkan pandangan. ‘Mungkin di malu sudah menanggapi perkataanku’ pikirku. Lalu Naura mengajak kami masuk ke dalam. “Temen-temen sekarang kita langsung ke dalem aja yuk... udah nggak sabar nih, trus ntar balik ke sini jam 12.00. Ayah ibuku nggak ikut karena nemenin adikku main di situ.” kata Naura menerangkan.
            Sampai di dalam, kami berfoto di air mancur depan pintu masuk. Lalu Naura mengajak kami jalan belok ke kanan. Di jalan kami melihat banyak sekali monyet. Sampai di sebuah tanah yang cukup luas, kami istirahat dan duduk di kursi yang terbuat dari kayu asli. Karena kami membawa tas, saat kami berfoto tas kami di taruh di kursi. Tiba-tiba muncul 2 monyet dan mendekati tas Tiara yang terbuka. “Kyaaa! Tas-ku! monyetnya mau ngambil makananku!” teriak Tiara histeris, kami pun menoleh ke kursi dan monyetnya sudah sampai di kursi. Aku pun segera berlari menuju kursi dan mengusir monyet itu.
            Tapi, tiba-tiba muncul monyet lagi dan mengambil dompet dari tas Tiara. Saat aku melihat monyet itu aku langsung mengejar dan membujuk monyet itu agar mengembalikan dompet Tiara. Karena dulu aku pernah memelihara monyet, akhirnya monyet itu menurut. “Ya ampun... makasih banget ya Zahra. Karna kamu, dompetku gak jadi dicuri.” kata Tiara berterimakasih, “Emang dompet itu berharga ya? Perasaan gak ada isinya...” canda Fara. “Iya dong... dompet ini kan di kasih nenekku yang sudah meninggal, jadi harus aku jaga baik-baik dong...” jawab Tiara, “Oh” “Iya Tiara, sama-sama” jawabku sambil tersenyum.
            “Zahra, Naura, Tiara, maafin kesalahanku selama ini yaa...” kata Fara tiba-tiba, “Kesalahan apa far? Perasaan kamu gak punya salah sama aku...” kata Tiara heran. “Sebenernya, ...bla...bla...bla...” kata Fara menjelaskan apa yang terjadi. Aku dan Naura sangat senang mendengar pangakuan Fara. “Jadi, selama ini kamu yang membuat mereka seperti ini?” tanya Afa dan Fira. “Iya, maafin aku ya Ti...Nau, Zah...dan kalian berdua yang ikut terlibat...” kata Fara sambil menunduk. “Aku sama Naura udah maafin kok... kalo Tiara?” jawabku sambil menoleh ke Tiara, semuanya juga ikut menoleh. “Aku...insya Allah bisa ikhlas maafin kamu...” kata Tiara pelan. “Makasih Tiara...” jawab Fara senang sambil memeluk Tiara. “Jadi sekarang kita sahabat kan?” tanya Afa dan Fira sambil menumpuk tangannya di tengah. “Sahabat...” kataku dan Naura mengikuti mereka, “Sahabat” kata Fara, dan tinggal Tiara. Setelah beberapa lama, “Sahabat!” kata Tiara mantap. “1..2..3” kata Afa mengaba-aba “BEST FRIEND FOREVEERR!” teriak kami berbarengan. Lalu kami tertawa bersama. Sungguh menyenangkan.
            Setelah berjalan-jalan dan berfoto, kami segera kembali keluar pukul 11.45. Ternyata orang tua Naura sudah menunggu di musholla. Kami pun segera berwudhu dan sholat Dhuhur. Setelah sholat, kami makan sate kelinci di sana. Kami makan sambil bercerita-cerita. Pukul 14.10 kami selesai makan dan segera pulang ke villa Naura.
            Kami sampai di villa jam setengah 2, lalu kami menuju lantai 2 dan mengambil buku cerita. Suasana tidak terlalu ramai karena asyik dengan kegiatannya. Aku dan Tiara membaca komik conan, Naura dan Fira membaca novel islami, Fara mendesain dan Afa membaca Harry Potter. Jam 3 kami disuruh untuk mandi dan sholat ashar, setelah itu kami tertidur pulas sampai maghrib. Setelah sholat maghrib kami makan malam chicken teriyaki buatan ibu Naura dan milkshake vanilla.
            Setelah sholat isya’ Naura mengajak kami ke lantai 3. “Eh pada mau ke atas gak?” tanya Naura, “Ha, ngapain? Udah malem lho...” Kata Afa agak gak setuju, “Kan bagus klo melihat ke langit malem-malem, aku sering kok di rumah.” kata Tiara. “Aku mau” kataku, Fara dan Fira. “Ya udah deh aku setuju” kata Afa setuju. Kami pun segera menggelar karpet dan tiduran di atasnya.
“Wah, ternyata bagus juga ya...” kata Afa kagum, “Iya, ya banyak bintangnya, bulannya purnama lagi.” kata Naura. Lalu kami pun bernyanyi ‘Tunjuk Satu Bintang’ yang di nyanyikan oleh idola cilik. Lalu kami tertawa bersama. “Wah...ternyata persahabatan itu indah banget ya... walau ada masalah tapi kita sekarang bisa bersahabat...” kataku sambil mengangkat tangan ke atas. “Iya, friend maafin aku ya klo punya salah...” “Iya, aku juga minta maaf” akhirnya kami pun saling bermaafan. “Janji ya kalo punya masalah di ceritain, trus nggak boleh nyebarin rahasia, dan harus setia, OK?!” kataku “JANJI” kata mereka berbarengan.
Dear diary, hari ini aku seneng banget! Aku sama Tiara udah baikan, terus kita udah janji bakal setia dan bersahabat selamanya... terus sekarang aku bersyukur banget sekolah di SMP IT ABY... Soalnya, coba kalo misalnya aku nggak sekolah di sini, pasti aku nggak bakal ketemu sama mereka-mereka dan aku nggak bakal sebahagia ini sekarang dan ternyata skenario Allah itu emang indah banget ya. Allah pasti sudah menyiapkan skenario yang terbaik untuk kita. Jadi kalau ada masalah di jalanin aja, jangan lari dari masalah dan ambil hikmah dari masalah itu. Ya Allah sekarang aku bersyukur banget. Terima kasih Ya Allah...
           


blogsmpitabubakar

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Select Menu